DATA dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Tarakan mencatat, produksi udang windu Kalimantan Utara pada tahun 2013 adalah sebesar 9.532 ton. Dari jumlah tersebut, hampir 70% di antaranya diekspor ke Jepang dan sisanya ke Eropa, Amerika dan negara-negara Asia (Taiwan, Hongkong, Cina, dan Korea). Diperkirakan kebutuhan udang windu negara-negara tersebut akan semakin meningkat seiring dengan naiknya tren konsumsi produk seafood di dunia.
Sangat disayangkan jika potensi udang windu yang sangat besar di Kalimantan Utara (Kaltara) ini tidak dikelola dengan baik. Untuk Kota Tarakan saja, lahan tambak sekitar 600 Ha selama ini banyak yang belum digarap secara maksimal. Dari luasan tersebut, 451 Ha tambak dalam kondisi aktif dan sisanya sama sekali tidak digarap. Berdasarkan pengamatan di lapangan selama ini, masih banyak petambak yang menggunakan bahan kimia berbahaya dalam proses budi daya (seperti pestisida), kurang memperhatikan kelestarian lingkungan (penggunaan racun untuk membunuh ikan liar dan tumbuhan pengganggu), serta penebangan mangrove tanpa rehabilitasi di areal tambak.
Melihat kondisi tersebut, pada tahun 2012 lalu Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Tarakan bersama WWF-Indonesia pun menandatangani Perjanjian Kerja Sama untuk melakukan program perbaikan perikanan budi daya (Aquaculture Improvement Program - AIP) melalui adopsi Better Management Practices (BMP) Udang Windu Tanpa Pakan Tanpa Aerasi. Program ini mencakup pendampingan teknis kepada pembudidaya, perbaikan dan pemantauan operasional budi daya, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui berbagai macam pelatihan. Kelompok pembudidaya Tambak Mandiri ditunjuk menjadi lokasi percontohan program tersebut.
Pada tahun 2014, Kelompok Tambak Mandiri yang terletak di Karang Anyar Pantai juga dijadikan percontohan Tambak Udang Organik. Program yang diinisiasi oleh DKP Tarakan, WWF-Indonesia dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) ini mengedepankan pengelolaan tambak yang bertanggung jawab dan berwawasan lingkungan, yaitu dengan menanam kembali mangrove di areal tambak, baik di tanggul maupun di pelataran tambak. Tujuannya adalah selain mengembalikan fungsi ekologis mangrove sebagai penahan abrasi dan tempat udang mencari makan secara alami, mangrove yang ditanam tersebut juga diharapkan bisa menambah nilai estetika tambak.
Sejak tahun 2012 hingga 2013, WWF-Indonesia bersama DKP Tarakan dan perusahaan processing udang (PT. Mustika Minanusa Aurora – PT. MMA) telah menanam 2.500 bibit mangrove di areal tambak percontohan tersebut. Pada tahun 2014 ini, KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) juga memberikan bantuan 24.000 bibit mangrove. Dari jumlah tersebut sebanyak 5.000 bibit di antaranya ditanam di areal kelompok Tambak Mandiri, sedangkan sisanya ditanam di tambak milik 10 kelompok binaan DKP Tarakan lainnya.
“Melalui kerja sama dengan WWF-Indonesia ini, pembudidaya tidak hanya diberikan pendampingan teknis tentang cara-cara budi daya udang windu yang sesuai BMP, tapi juga dibantu untuk menggunakan alat-alat monitoring kualitas air, serta penanaman mangrove di pertambakan. Selain itu diadakan juga pelatihan bagi staf DKP dan perusahaanprocessing udang tentang prinsip budi daya yang sesuai dengan standar internasional” ujar Ir. Nurmayanti, MSi, Kepala Bidang Perikanan Budidaya dan Tangkap DKP Tarakan.
“Selain itu kami juga akan menganggarkan untuk melakukan kegiatan pemetaan mangrove di kawasan tambak di Kota Tarakan agar kami mengetahui tambak-tambak yang perlu direhabilitasi dan bisa dikembangkan nantinya. Harapannya melalui rehabilitasi mangrove di tambak serta pendampingan ini, budi daya udang windu di Tarakan kembali bergairah” lanjutnya.
About Syed Faizan Ali
Faizan is a 17 year old young guy who is blessed with the art of Blogging,He love to Blog day in and day out,He is a Website Designer and a Certified Graphics Designer.
0 komentar:
Posting Komentar